Mahasiswa merdeka bakti lingkungan di Sungai Karang Mumus Samarinda

Loading

Mahasiswa dari Program Kampus Merdeka sedang mengecat pagar Posko Pangka Pungut Sampah GMSS-SKM Samarinda, Sabtu (1/1). (Foto: ANTARA)

Samarinda-Puluhan mahasiswa merdeka dalam Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari sejumlah universitas di Pulau Jawa, dalam mengawali tahun 2022 ini melakukan bakti lingkungan untuk Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda, Kalimantan Timur.

 

“Adik-adik mahasiswa ini berasal dari berbagai universitas di Pulau Jawa, antara lain Universitas Ahmad Dahlan Yoyakarta, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas Al-Azhar Jakarta,” ujar Muhammad Ridwan, pendamping mahasiswa merdeka Program Kampus Merdeka di Samarinda, Sabtu.

 

Ridwan yang dari Universitas Mulawarman Samarinda ini menuturkan, kehadiran puluhan mahasiswa ini selain belajar di kampus pada Universitas Mulawarman, juga belajar pada kampus kehidupan, sehingga mereka juga harus bisa menyatu dengan lingkungan.

 

Untuk itu, para mahasiswa ini perlu melakukan bakti sosial pada masyarakat dan berbakti pada lingkungan, sehingga kegiatan di awal tahun ini adalah melakukan pengecatan pagar taman sekaligus pangkalan sampah, kemudian memungut sampah di SKM.

 

Sebelum melakukan bakti sosial, puluhan mahasiswa ini mendapat pencerahan dari Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM tentang eksistensi sungai, ekosistem, dan manfaat pohon bagi alam.

 

Menurut Misman, sungai merupakan ekosistem akuatik yang memiliki peran penting bagi lingkungan setempat, manfaatnya pun sangat besar bukan hanya bagi manusia, tapi juga banyak makhluk lain baik yang langsung terlihat oleh mata maupun mikroorganisme.

 

“Sungai harus dipandang sebagai perairan, bukan pengairan karena di sungai banyak makhluk lain yang juga berhak untuk hidup, sehingga manusia tidak boleh serakah, tapi harus berbagi ke makhluk lain seperti ikan, udang, kepiting yuyu, burung, satwa, dan lainnya,” kata Misman.

 

Untuk itu, semestinya sungai tidak diturap atau dibeton, karena jika dibeton akan berubah nama menjadi kanal, kemudian udang, kepiting, dan jenis ikan tertentu tidak bisa hidup lagi dalam sungai yang berubah menjadi kanal tersebut.

 

“Sungai itu harus ada rumput di lerengnya supaya ikan bisa hidup dan berkembangbiak, ada tumbuhan di rapariannya, kemudian memiliki ruang sungai. Tapi ketika sungai dibeton, maka semua itu akan hilang, salah satu akibatnya adalah banjir,” katanya.

 

Share on whatsapp
Share on telegram
Share on twitter
Share on facebook
Share on pinterest
Share on print