Samarinda- TIM Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim bergerak cepat mendapati laporan seorang murid Sekolah Dasar (SD) 002 Samarinda Seberang diusir pulang oknum wali kelas, pekan lalu.
Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim. Rina Zainun yang coba melakukan mediasi, sekaligus konfirmasi justru mendapat sambutan dan jawaban tak mengenakkan.
Dia pun menyesalkan kejadian yang menimpa MF (10). Murid piatu itu, kondisi ekonominya memang jauh dari kata cukup, ia tidak bisa mengikuti pelajaran daring selama pembatasan pandemi Covid-19, saat sekolah pun tak memiliki seragam, akhirnya menerima perlakuan yang tak sepantasnya diperuntukkan pada seorang anak.
“Terjadi mis komunikasi antara orang tua dan guru. Orangtua tidak melaporkan kondisi anaknya yang tak memiliki saranan belajar daring, guru pun tak berinisiatif mencari tahu, apa yang terjadi dengan anak didiknya, akhirnya anak jadi korban,” ungkap Rina sesaat mediasi di sekolah (2/6/2022).
Rina melanjutkan, sangat menyayangkan oknum guru /wali kelas MF itu bertutur dengan nada tinggi, “Guru itu digugu dan ditiru, harusnya bisa lebih santun,” ucap Rina.
Sementara itu, Muhammad Kadir Jailani (28) relawan yang mendampingi MF sepekan belakangan, menuturkan awalnya mendapati MF dalam kondisi menangis di tepi jalan tak jauh dari sekolah.
“Saya tanya, kenapa menagis? Dia bilang diusir dari kelas,” ucap Memet sapaan akrabnya.
TRC PPA Kaltim beserta orangtua dan relawan lalu mendatangi SDN 002 Samarinda Seberang untuk mengonfirmasi kebenaran yang terjadi dilingkungan sekolah tersebut.
Tatapan sinis, nada tinggi dipertontonkan oleh beberapa oknum guru
“Ngapain ini ramai-ramai datang bawa wartawan segala, permasalahanya sudah selesai,” ucap Rs yang merupakan wali kelas MF saat dijumpai di ruang guru SDN 002 Samarinda Seberang.
Kepala SDN 002, Sabran mengaku tak tahu-menahu dengan kejadian ini.
“Belum ada konfirmasi dari guru yang bersangkutan, namun akan kami lakukan pemanggilan terhadap oknum guru tersebut, mengenai anak akan tetap kami berikan haknya untuk meraih pendidikan, harus tetap sekolah,” tegasnya.
Situasi sempat ricuh, ketika pria berkemeja hitam mengaku guru berteriak, “Ada apa ramai-ramai sambil rekam-rekam!” Namun situasi yang sempat memanas itu berhasil diredam.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Samarinda Asli Nuryadin saat dihubungi mengaku, belum mengetahui permasalahan yang terjadi.
“Saya akan konfirmasi kepala sekolahnya dulu,” singkatnya
Pewarta: Adit
Editor : Fahmi