Samarinda – Keberadaan kampung kardus di tengah Kota Samarinda tentunya cukup mengagetkan. Pasalnya, selama ini tak pernah mencuat kepermukaan, padahal telah ada sejak 10 tahun silam. Selain itu, kampung di kawasan Jalan AW Syahranie Gang Walet I, Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda Utara itu kondisinya memprihatinkan, bahkan anak-anak mereka tak ada yang sekolah.
Sebagai gambaran, kampung itu dihuni sebanyak 7 Kepala Keluarga (KK), terdiri dari 19 jiwa. Tempat mereka bernaung, jauh dari kata kayak untuk disebut sebagai rumah. Dindingnya terbuat dari kadus dan seng bekas berkarat, beratapkan spanduk bekas.
Kondisi itu cukup menjelaskan, bagaimana penghidupan mereka selama ini yang serba kekurangan. Hal itu terkonfirmasi dari pengakuan seorang penghuninya, sebut saja Puput (26) —bukan nama sebenarnya. Dia mengaku, yang bercerita telah tinggal di sana kurang lebih 10 tahun.
“Kami harus hidup apa adanya, karena karena hidup dari memulung sampah yang hasilnya tak menentu. Kalau lagi mujur, ya…bisa dapat Rp 50 ribu dari hasil mulung. Uangnya dipake untuk hidup sehari-hari,” ujar Puput saat ditanya awak media.
Tak kalah memprihatinkan, justru nasib anak mereka, padahal masih usia sekolah, namun tak ada sekolah, karena keterbatasan biaya, ditambah tak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Lebih miris lagi, anak-anak itu pun enggan sekolah.
Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Lurah Sempaja Barat Fahmi Fakhrurozi justru menjawab, baru mengetahui jika kawasan itu ternyata dihuni 19 jiwa.
“Sebelumnya saya mengira hanya beberapa orang yang tinggal di sini, dan hanya jadi tempat penumpukan barang bekas,” ujar Fahmi.
Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan, karena berdasarkan data kependudukan sesuai domisili wilayah, diketahui hanya ada 1 KK yang terdaftar. “Masuk dalam wilayah RT 02,” sebutnya.
Sementara, terkait status kepemilikan lahan yang di jadikan kampung kardus, untuk kepastiannya pihak kelurahan akan berkordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan Arsip Daerah (BPKAD) Kota Samarinda.
“Kami akan pikirkan bersama untuk mencari solusi bagi mereka yang tinggal di lahan itu,” tutupnya.
Pewarta: Adit
Editor : Fahmi