Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kalimantan
Timur (Kaltim) HM Sa’duddin menyebutkan, Provinsi Kaltim menjadi pengekspor nonmigas nasional
tertinggi kedua dengan jumlah ekspor mencapai 11,42 miliar USD.
“Ekspor nonmigas Kaltim hingga akhir April tadi masih di posisi tiga nasional. Tapi kami optimis
bulan-bulan berikutnya Kaltim akan naik ke posisi kedua,” kata Sa’dudin di Samarinda, Kamis.
Dia menjelaskan, sebelumnya hingga bulan April 2022 Jawa Timur masih berada di peringkat kedua
dengan kontribusi ekspor nonmigas 8,8 miliar USD, kemudian Jawa Barat di posisi teratas dengan
jumlah ekspor 12,9 miliar USD dan Kaltim di peringkat ketiga dengan jumlah 8,7 miliar USD.
Namun berdasarkan data terbaru, hingga bulan Mei 2022 Kaltim berhasil menggeser Jawa Timur
yang saat ini memiliki jumlah ekspor lebih rendah, yakni 10,43 miliar USD, sementara Jawa Barat
masih berada di posisi teratas dengan jumlah 15,7 miliar USD.
Seperti diketahui katanya produk-produk ekspor nonmigas andalan Kaltim antara lain batu bara,
kelapa sawit dan turunannya, kayu dan olahannya, karet, pisang, amplang, pupuk urea dan
ammonia, bahan kimia anorganik, ikan dan udang, aneka produk kimia hingga alat berat.
Sementara negara tujuan ekspor Kaltim beragam, diantaranya Amerika Serikat, India, Jepang, China,
Singapura dan Australia.
Sa’dudin memaparkan, salah satu faktor yang meningkatkan ekspor Kaltim dilihat dari jumlah
pengurusan SKA (Surat Keterangan Asal) yang menjadi salah satu persyaratan ekspor meningkat
signifikan di bulan Mei-Juni 2022 dan terbukti ekspor Kaltim bergerak positif setelah bulan April
2022.
Lanjutnya, faktor lain peningkatan nilai ekspor Kaltim juga dipengaruhi harga beberapa komoditas
yang diprediksi masih akan melambung tinggi seperti batu bara dan hasil karet. Ditambah lagi
permintaan ekspor batu bara ke India yang terus meningkat.
Menurut Sa’dudin Kaltim berhasil naik peringkat karena Jawa Timur hanya mengandalkan ekspor
produk-produk industri, ditunjang masih banyaknya daerah yang belum bisa melakukan ekspor
langsung dan harus melalui Surabaya.
"Jika mencermati perkembangan ekspor dan tingginya pengurusan SKA, maka kecenderungannya
ekspor Kaltim akan terus meningkat,” katanya.
Sa’dudin menambahkan, angka ekspor Kaltim akan lebih meningkat lagi apabila sejumlah komoditi
bisa dilakukan ekspor langsung atau tanpa melalui Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya atau
Tanjung Priok di Jakarta.(Adv/Diskominfo Kaltim)