Kukar – Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim melalui unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (P2TP) lakukan pengendalian terhadap penyakit busuk buah kakao (BBK).
Salah satunya dilakukan pengendalian secara terpadu di Kelompok Beringin Jaya Kecamatan Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara.
“Kami intensifkan kegiatan pengendalian untuk komoditi Kakao khususnya penyakit busuk buah, terutama di lahan seluas 10 hektar,” kata Kepala UPTD P2TP Disbun Kaltim Sopian, baru-baru ini.
Ia mengatakan, penyakit busuk buah kakao disebabkan jamur Phytophthora palmivora sebagai salah satu penyakit penting pada tanaman kakao yang menyebabkan kerugian para pekebun kakao berkisar 10 sampai 30 persen di seluruh dunia.
“Di Indonesia telah mengakibatkan kehilangan hasil 15 sampai 53 persen,” sebutnya.
Diakuinya, hingga saat ini jamur patogen penyebab penyakit busuk buah kakao masih merupakan masalah krusial yang belum bisa dituntaskan.
Sopian menjelaskan, jamur jenis patogen merupakan jamur dari kelas Oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium panjang dan berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir.
Jamur patogen ini katanya, dapat menyerang kakao pada berbagai tingkatan umur, mulai dari pembibitan sampai pada tanaman menghasilkan.
Lanjutnya, intensitas serangan patogen dapat mencapai 85 persen pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tinggi.
“Patogen ini menyerang berbagai bagian tanaman kakao, meliputi daun, pangkal batang, batang, ranting, pucuk, bantalan bunga, dan buah,” ungkapnya.
Adapun implementasi pengendalian penyakit BBK harus dilaksanakan secara terpadu dan UPTP P2TP melakukan uji komponen teknologi.
Sopian menuturkan dengan sanitasi kebun diharapkan mampu mengendalikan dan menurunkan intesitas serangan patogen.
“Langkah paling penting dalam upaya pengendalian penyakit secara terpadu adalah menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun. (Adv/Diskominfo Kaltim)