Diskominfo-Kaltim

Disbun Kaltim terus dorong peningkatan produktivitas sawit rakyat

Loading

Kepala Dinas Perkebunan Perkebunan Provinsi Kaltim, Ujang Rachmad (Foto: Adit)

 

Samarinda – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Kadisbun Kaltim) Ujang Rachmad menyatakan pihaknya terus mendorong peningkatan produktivitas kelapa sawit rakyat di daerah itu yang dinilai masih rendah.

 

Saat ini produktivitas masih sekitar 3,6 ton per hektare per tahun, padahal potensi produksi kelapa sawit cukup  tinggi seperti perkebunan besar swasta yang menerapkan ‘Good Agricultural Practice’ , dapat mencapai 10 ton per hektare per tahun,” ujar Ujang Rachmad di Samarinda.

 

Ia mengatakan, bercermin dari kondisi ini, maka pihaknya terus berupaya meningkatkan produktivitas tersebut, cara yang ditempuh antara lain dengan memberikan pelatihan pengembangan SDM bagi pekebun kelapa sawit.

 

Dalam hal ini, beberapa waktu lalu digelar Pelatihan Pengembangan SDM kelapa sawit di Balikpapan, diikuti pekebun sawit dari kabupaten/kota se-Kaltim, dengan harapan mereka bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian sebagai petani pekebun.

 

Pelatihan diperlukan juga untuk peningkatan kualitas kelembagaan pekebun, sehingga diharapkan ada transfer keterampilan dan pengetahuan untuk dibawa ke daerahnya masing-masing guna memberikan perbaikan dalam pengembangan kelapa sawit.

 

Menurutnya, pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit melalui pendidikan dan pelatihan menjadi investasi utama, sehingga perkebunan kelapa sawit tetap menjadi subsektor perkebunan yang tetap menjanjikan di masa mendatang.

 

Dikemukakannya, saat ini pemerintah mempunyai beberapa kebijakan, di antaranya peremajaan sawit rakyat, pengembangan SDM, sarana dan prasarana, tata kelola, kelembagaan dan pemberdayaan, pendanaan, dan energi terbarukan, yang semuanya untuk kepentingan sektor kelapa sawit Indonesia agar semakin kuat dan sehat.

 

Sejumlah kebijakan tersebut, katanya, tidak lain untuk menjawab tantangan yang dihadapi antara lain produktivitas, hilirisasi, indikasi kawasan hutan dan kawasan hidrologis gambut, legalitas dan perizinan, gangguan usaha dan konflik, akses pasar, kampanye negatif, dan energi.

 

Sedangkan pengembangan SDM yang dilakukan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, tetapi juga harus mampu menghadapi tantangan dan berperan aktif dalam menciptakan sistem industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

 

“Penyiapan SDM menjadi bagian penting dalam meningkatkan  kinerja perkebunan kelapa sawit, namun upaya ini memerlukan keterlibatan semua pihak terkait seperti perguruan tinggi, perkebunan besar, dan pusat penelitian,” ujar Ujang. (*)