Tenggarong- Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kembali menggelar Erau Adat Pelas Benua di tahun 2022 yang dipusatkan di Museum Mulawarman Tenggarong, setelah dua tahun sempat tidak digelar atau vakum akibat pandemi COVID -19.
Acara diawali dengan mendirikan Tiang Ayu yang dilakukan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, dan dihadiri sejumlah pejabat diantaranya Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, Bupati Kukar Edi Damansyah, Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin, Ketua DPRD Kukar Abdul Rasid, pimpinan Forkopimda Kukar, serta kepala OPD dan anggota DPRD Kukar, di Museum Mulawarman Tenggarong, Minggu.
“Semoga kegiatan ini bisa terus kami laksanakan setiap tahun dalam rangka menjaga budaya dan melestarikannya. Sehingga kita bisa menjadi bangsa yang kuat bahwa Kukar menjadi bagian dari IKN dan secara nasional dapat dikenal luas,” Wakil Ketua Panitia Erau yang juga Kerabat Kesultanan Raden Heriansyah di Tenggarong.
Dia berharap melalui festival adat Kesultanan , budaya Kutai dapat terus dipertahankan, dilestarikan dan lebih diperkuat ditengah era modern saat ini. Sehingga anak dan cucu dapat mengenal bagaimana tradisi dan budaya Kutai.
Sementara itu, Bupati Kukar Edi Damansyah, juga menyampaikan rasa syukur dan bahagianya atas kembali terlaksananya Erau setelah kurang lebih vakum selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.
“Setelah dua tahun tidak terlaksana, masyarakat dapat kembali menikmati Erau. Kegiatan ini juga merupakan komitmen pemerintah dalam melestarikan budaya, yakni melalui program Kukar Berbudaya dan Kukar Kaya Festival. Apalagi Erau ini sudah ditetapkan Kemendikbudristek RI sebagai event budaya terbesar di Nusantara, ” katanya.
Bupati Edi Damansyah berharap, banyak orang berkunjung ke Tenggarong. Sehingga para pelaku UMKM selama satu pekan berlangsungnya Erau bisa meningkat penjualannya dan ada interaksi yang bisa mendongkrak peningkatan perekonomian masyarakat khususnya di Kukar.
Menurutnya, roda ekonomian pada event Erau pastinya berangsur lancar. Para pedagang suvenir, pelaku UMKM hingga pemilik penginapan dan hotel turut terberdayakan. Ini juga target pemerintah daerah melalui festival dalam mendongkrak pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Lanjut Edi Damansyah, setelah Erau Pemkab bersama jajaran akan melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana efektivitas dan dorongan dari sektor ekonomi kreatif dan kerakyatan.
“Saya juga berterima kasih secara khusus kepada Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura beserta kerabat hingga acara ini bisa dilaksanakan dengan baik. Mudah-mudahan tahun depan kita persiapkan lebih baik lagi,” katanya.
Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi berharap event Erau dapat menjadi bagian penting dalam membangun Kaltim dan membangun indonesia. Mengingat ditetapkannya Kaltim sebagai Ibu Kota Nusantara, event seperti Erau menjadi ajang bersatunya NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Menurutnya, hal itu dibuktikan dengan diberikannya penghargaan harmoni dari Kementerian Agama sebanyak tiga kali. Dan ini menjadi pertanda bahwa Kaltim memiliki penduduk yang siap berdampingan hidup dengan suku apa saja, agama apa saja, dari latar belakang apa saja.
“Saya mewakili Pemprov Kaltim, mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang telah melaksanakan acara yang sangat luar biasa ini. Acara ini harus kita pertahankan sebagai warisan budaya Kalimantan Timur, warisan budaya negara yang telah menjadi warisan budaya internasional,” tutur Hadi Mulyadi.
Usai acara mendirikan Tiang Ayu dilakukan pembukaan di halaman Museum Mulawarman, tampak ratusan masyarakat antusias hadir menyaksikan pembukaan Erau Adat Pelas Benua.
Pembukaan ini dimulai dengan parade beberapa suku sekaligus penyerahan persembahan, dilanjutkan dengan tarian kolosal yang dibalut dengan musik tradisional. Terakhir pembukaan Erau ditandai dengan penyulutan api ke tujuh buah Brong yang dilakukan para pejabat tinggi Kaltim dan Kukar.
Sekadar diketahui, Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai dan disebut pula Eroh yang berarti Ramai, hilir mudik bergembira, berpesta ria yang dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan/kerabat kerajaan dengan maksud atau hajat tertentu dan diikuti oleh masyarakat umum ( menyeluruh) dalam wilayah administratif Kesultanan.
Tradisi upacara tersebut sudah dilakukan sejak dahulu kala dan secara turun temurun. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar juga turut andil dalam melestarikan budaya tradisi ini.
Terhitung sejak 52 tahun yang lalu, Bupati Kutai pada saat itu, Ahmad Dahlan telah berupaya melestarikannya dengan memadukan Erau dengan perayaan HUT Tenggarong pada 28 September. Hingga kini, tradisi tersebut terus dilakukan secara rutin. (*)