Samarinda – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kalimantan Timur M Sufian Agus mengapresiasi adanya organisasi maupun kelompok masyarakat yang ikut peduli dengan program pembangunan Ibu Kota Nusantara ( IKN).
“Hadirnya kelompok masyarakat pendukung IKN tentunya hal yang positif karena Kaltim telah ditetapkan sebagai wilayah yang menjadi lokasi pemindahan Ibu Kota Negara yang telah ditetapkan pemerintah,” kata Sufian Agus acara Pengukuhan dan Deklarasi Forum Pemberdayaan Masyarakat Indonesia untuk Ibu Kota Negara (Fordamai IKN) di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Rabu.
Ia meminta jajaran Fordamai Kaltim mampu menjalin kerja sama dengan kelompok masyarakat lain untuk terus mendukung suksesnya pembangunan IKN.
Sufian Agus mengatakan semua warga di daerah mempunyai tanggung jawab sama untuk menyukseskan pembangunan IKN karena dampaknya ke depan sangat berarti bagi Kaltim meskipun harus diakui tidak sedikit masalah yang menanti jangka pendek maupun jangka panjang.
“Semua elemen masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok harus memiliki komitmen dan niat baik yang sama agar proses pembangunan IKN terus berjalan sesuai harapan,”harapnya.
Ia mengatakan upaya mengganggu kelancaran proses pembangunan IKN pasti ada karena itu semua elemen masyarakat Kaltim harus bersatu agar program ini tidak terganggu dan terhambat.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya, papar dia, adalah persoalan sengketa lahan di sekitar wilayah IKN yang bisa saja berkembang pada masalah suku, agama, ras, dan antargolongan.
Untuk itu, ujar dia, kehadiran berbagai kelompok masyarakat hendaknya dapat membantu meringankan kinerja pemerintah guna memperlancar pembangunan IKN, bukan malah sebaliknya memperkeruh suasana dan membebani pemerintah yang pada akhirnya menghambat kinerja pemerintah.
Sufian meminta jajaran Pemerintah Provinsi Kaltim harus mampu meningkatkan optimisme warga untuk terus mempertahankan kehidupan yang harmonis sebagai bentuk terciptanya Indonesia Mini di daerah ini.
Sufian menyakini warga Kaltim mampu membuktikan kedewasaan dan menjalankan kehidupan berbangsa, bernegara dengan keberagaman, hidup berdampingan kemudian saling menghormati, dan menghargai sebagaimana semboyan di mana “bumi dipijak di situ langit dijunjung”.(*)