Samarinda – Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Samsun meyebutkan konsep untuk meningkatkan produktifitas petani, dengan menggunakan pola tanam tumpang sari agar tanaman tidak monoton pada satu jenis saja pada satu lahan garapan.
“Dalam meningkatkan produktifitas hasil pertanian, para petani bisa menggunakan pola tanam tumpang sari, jadi ada sawah, ada tanaman holtikuktura, sekaligus ada kebun buah buahan dalam satu lahan garapan,” cetus Muhammad Samsun di Samarinda, Jumat.
Ia mengemukakan, dengan pola penanaman seperti itu, hasil panen bisa dipetik mingguan, ada yang bulanan, dan bahkan ada tahunan.
Sebagai contoh di bawahnya sayuran atasnya jambu kristal, ada alpukat. Dengan begitu penghasilan petani menjadi lebih banyak.
Samsun juga mengingatkan bahwa jangan ada lagi berpikir untuk menjual tanah kebun dan sawah untuk tambang, padahal hasil pertanian jauh lebih luar biasa, dibanding hasil jual tanah ke tambang. Belum lagi masyarakat akan terkena dampak lingkungan dari kegiatan tambang.
Lanjutnya, potensi pertanian berprospek cerah menyambut IKN sekitar 1,5 juta PNS, TNI Polri pindah ke Kaltim, yang pasti membawa keluarga.
“Ada enam juta penduduk baru mebawa perut, yang akan masuk. Ini peluang besar hasil pertanian kia, pasarnya jelas, Muara kaman lumbung pangan, bukan lagi angan,” paparnya.
Legislator dari daerah pemilihan (Dapil) Kutai Kartanegara itu mendorong kepada para petani di Kaltim untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian dalam menyambut banyaknya penduduk yang datang menjelang pemindahan ibu kota negara (IKN) Nusantara.
Ia menyatakan mendukung penuh program- program pemprov dalam menguatkan sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Salah satunya program pupuk bersubsidi maupun bantuan lainnya seperti alat mesin pertanian (alsintan)
“Pupuk memang tantangan terbesar para petani, dari lonjakan harga sampai kelangkaan di pasaran menjadi momok, sehingga perlu ada upaya pemerintah untuk mengendalikan harga pupuk dengan program bantuan pupuk ke kelompok petani atau pun penyaluran pupuk bersubsidi,” ucap Samsun.
Dibeberkannya, Keresahan masyarakat ada saat padi atau hasil bumi lainnya, masuk waktu pemupukkan. Tapi, pupuk tidak ada, pasti memengaruhi kualitas hasil panen,”ungkap legislator dari daerah pemilihan (dapil) Kutai Kartanegara tersebut.
Selain pupuk katanya, masyarakat ternyata membutuhkan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan). Contohnya seperti di Panca Jata, kebutuhan prioritas petani ada pada Alsintan bajak kering dan mesin panen, seharusnya memiliki empat sampai lima mesin dalam sekali panen.
“Karena kekurangan Alsintan ini, kualitas panen jadi berkurang, harus bergantian dengan desa sebelah yang memiliki Alsintan. Karena ini mutlak harus mekanisasi pertanian,” jelas Samsun.(Ahmad/ADV/DPRD Kaltim)