Samarinda – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur terus memberdayakan keluarga prasejahtera di Kampung KB, untuk meningkatkan ekonomi keluarga sekaligus menanggulangi stunting.
“Tingkat prevalensi stunting di Kaltim saat ini sebesar 23,9 persen sehingga kami terus berupaya menangani dari sisi hulu dan hilir, agar tahun 2024 mendatang setidaknya bisa turun jadi 14 persen,” ujar Pimpinan Tinggi Pratama Ahli Madya BKKBN Kaltim Harlan Lelana di Samarinda, Jumat.
Pemberdayaan ekonomi keluarga di Kampung KB (Keluarga Berkualitas) yang telah, sedang, dan akan dilakukan antara lain pembinaan dan pemberian bantuan peralatan modal usaha, sehingga akan tercipta ketahanan keluarga dari sisi ekonomi.
Peralatan yang diberikan tentu menyesuaikan dengan industri rumah tangga bagi akseptor di Kampung KB. Jika di rumah tersebut memproduksi kue, minuman, atau membuka warung kecil, tentu didata terlebih dulu tentang kebutuhan krusial yang belum dimiliki.
Di Kaltim, katanya, saat ini terdapat 337 Kampung KB. Dari jumlah ini sejak beberapa tahun lalu telah ada sejumlah Kampung KB yang mendapat bantuan melalui program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) berupa fasilitasi dan pembinaan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Khusus pada 2022, terdapat 30 Kampung KB mendapat pembinaan pemberdayaan ekonomi keluarga, tersebar di 10 kabupaten/kota, sehingga pembinaan tersebut akan dilanjutkan karena manfaatnya luas, baik untuk ekonomi maupun penurunan stunting.
“Kamis (9/2) kemarin, kami juga melakukan orientasi ke Kampung KB Danau Lipan, Desa Muara Kaman Ilir, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, sebagai persiapan kegiatan bagi Kelompok UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor),” kata Harlan yang juga Ketua Tim Kerja UPPKA BKKBN Kaltim di Samarinda, Sabtu.
Upaya lain untuk penanganan sekaligus pencegahan stunting di Kampung KB yang terus pihaknya lakukan adalah melalui Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), yakni kegiatan pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting.
“Sasaran keluarga yang berpotensi atau berisiko memiliki bayi stunting tersebut terutama dari keluarga kurang mampu yang memiliki remaja perempuan, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi di bawah dua tahun. Mereka inilah yang menjadi sasaran utama dalam Dashat,” katanya.(Gf)