Brisbane Convention and Exhibition Centre, Australia menjadi saksi perhelatan akbar industri pertambangan dunia. Di tempat itulah World Mining Congress (WMC) ke-26 digelar dengan mengusung tema Resourcing Tomorrow Creating Value for Society (26-29/6/2023). WMC merupakan forum tertinggi sekaligus bergengsi di industri pertambangan dunia.
Dalam kongres yang dihadiri 3.000 delegasi dari 70 negara itu, sejumlah pembicara memaparkan berbagai gagasan tentang tambang berkelanjutan. Di ajang bergengsi itu, Zulfatun Mahmudah, perempuan asal Sangatta Kutai Timur yang selama ini fokus dalam bidang riset, khususnya terkait persoalan komunikasi dan gender, berkesempatan menjadi salah satu pembicara dalam forum tersebut. Ia bahkan didaulat memaparkan dua risetnya dalam forum dunia itu.
Riset pertamanya berjudul “Gender Equality in Mine: Best Practice Toward A Better Future of Mining Industry”. Riset yang dilakukan di tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) itu memaparkan sejumlah fakta pentingnya kebijakan tertulis terkait kesetaraan gender di pertambangan. Dalam riset tersebut juga dipaparkan bagaimana dampak dari kebijakan tersebut terhadap keberanian perempuan memilih profesi sebagai pekerja tambang, khususnya sebagai operator alat berat. Dari data yang ditemukan jumlah pelamar perempuan untuk profesi tersebut bahkan selalu naik signifikan dari tahun ke tahun.
“Selama ini, perbincangan tentang pertambangan selalu dikaitkan dengan persoalan gender. Tambang dianggap identik dengan dunia kerja laki-laki, sehingga perempuan dianggap tidak cocok bekerja di dalamnya,” papar Zulfa, sapaan akrab Zulfatun Mahmudah. Kandidat doktor bidang Media and Cultural Studies, Universitas Gadjah Mada itu juga menegaskan bahwa opini tersebut harus diluruskan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para operator perempuan di tambang KPC banyak yang meraih predikat the best operator.
Selain itu, dari catatan Lost Time Injury (LTI) yang ada, tidak ditemukan adanya pelaku LTI yang bergender perempuan. “Ini membuktikan bahwa anggapan adanya potensi kecelakaan dan bahaya jika perempuan bekerja di tambang, tidak terbukti. Sejumlah penelitian yang dilakukan sebelumnya bahkan menunjukkan bahwa perempuan lebih berhati-hati dalam mengoperasikan kendaraan tambang,” tegas Zulfa. Sosok yang kerap menjadi pembicara di forum internasional itu berharap hasil penelitiannya mendorong industri pertambangan untuk terus menegakkan kesetaraan gender di industri tersebut.
Selain tentang gender, peraih penghargaan Best Paper Presenter di empat forum konferensi internasional itu juga mendapat kesempatan memaparkan gagasannya terkait pentingnya ijin sosial. Riset keduanya berjudul CSR and Stakeholder Engagement: Capital to Gain Social License to Operate in Mining Industry. Melalui riset tersebut, Zulfa memaparkan pentingnya keterlibatan stakeholders dalam operasi penambangan. Stakeholder menjadi faktor penting perolehan ijin sosial untuk beroperasi. “Pertambangan adalah industri yang rawan isu sosial. Oleh karena itu, ijin sosial untuk beroperasi menjadi faktor penting,” tegasnya.
Menurut sosok yang sudah 22 tahun bekerja di bidang media and public communication KPC itu, kelancaran operasi korporasi tidak bisa hanya didasarkan pada ijin formal. “Korporasi perlu dukungan stakeholder agar bisa beroperasi dengan baik,” katanya. Analisa tersebut bukan hanya didasarkan pada pengalamannya di lapangan, tetapi juga didasari pengetahuan yang memadai. Zulfa merupakan master corporate communication dari London School of Public Relations dengan predikat lulusan terbaik. Tidak mengherankan jika dua papernya mendapat kesempatan dipresentasikan di kongres tambang dunia dan mendapatkan perhatian besar dari audiens yang hadir.
Keberangkatan Zulfa di WMC tersebut bukan semata mewakili KPC, namun juga membawa nama besar Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Kutai Timur. “Saya mengucapkan terima kasih kepada KPC dan Perhapi Kutai Timur yang telah mendukung keberangkatan saya ke ajang tersebut,” ungkapnya. Zulfa berharap akan ada penulis-penulis lain yang menyuarakan persoalan pertambangan, khususnya dari sisi sosial, agar kehadiran tambang membawa berkah bagi banyak pihak. (*)