Samboja – Persoalan ekonomi menjadi salah satu faktor pemicu kerap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Bahkan tindakan tersebut berakibat stres berat pada istri yang menjadi korban.
Pandangan tersebut dikemukakan, Misnawatin, warga RT 12, Kelurahan Handil Barat, Kecamatan Samboja, salah satu peserta Sosialisasi Program Perlindungan Perempuan yang digelar Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim bersama Pusat Penelitian, Pengembangan dan Klinik Hukum Untag Samarinda.
“Saya sering mendengar suami-istri bertengkar karena masalah ekonomi. Suami marah lantaran tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Istri juga merasa stres sebab tidak bisa membantu suami,” kata Misnawatin.
Misnawatin mengatakan, anak-anak juga menjadi korban KDRT akibat menyaksikan orang tuanya bertengkar. Anak-anak menjadi ketakutan dan mengalami trauma. “Anak-anak yang menyaksikan orang tuanya bertengkar akan merasa ketakutan dan trauma. Mereka akan merasa tidak aman dan tidak dicintai,” ujar Misnawatin.
Ketua Komunitas Emak Peduli Anak, Ria Atia Dewi yang menjadi bagian dari sosialisasi ini mengatakan, sosialisasi ini merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya KDRT. “Kami akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya KDRT dan cara-cara untuk mencegahnya,” kata Ria.
Dia pun menyampaikan beberapa tips untuk mencegah terjadinya KDRT akibat faktor ekonomi, yakni membangun komunukasi dengan pasangan secara terbuka dan jujur, tentang masalah ekonomi yang dihadapi. Kemudian,
mencoba cari solusi bersama untuk mengatasi masalah ekonomi.
“Lalu jangan biarkan stres menguasai diri, carilah bantuan profesional jika diperlukan. Ini penting, agar masalah tidak semakin runyam, karena ketidakmampuan berpikir secara jernih,” pungkasnya. (adv/dkp3a/kaltim)