Balikpapan- Seekor ikan paus yang terdampar di Teluk Balikpapan tepatnya di kawasan Pantai Teritip, Balikpapan Timur kondisinya masih hidup.
“Tapi mungkin kesehatannya tidak 100 persen, mungkin paus tersebut sedang sakit,” kata Binmas Polairud Polda Kaltim Bripka Taufik Ismail , Kamis (26/9).
Ia mengatakan ikan paus itu pertama kali ditemukan oleh nelayan sekitar, pada Rabu (25/9) sore. Kejadian tersebut terjadi sekitar dua mil dari bibir pantai, saat itu nelayan secara tidak sengaja melihatnya di perairan dangkal.
Nelayan itu sempat mengabadikannya dan tersebar di berbagai akun media sosial Kota Balikpapan, yang berjudul pemandangan langka.
Kemudian kejadian itu dilaporkan oleh nelayan dan Polairud Polda Kaltim bersama Dinas Perikanan dan BKSDA segera bertindak ketempat kejadian tersebut.
Menurutnya sejumlah pihak berusaha maksimal untuk menyelamatkan ikan paus tersebut dan mengarahkannya kembali ke laut dalam.
Namun, usaha mereka terhalang oleh cuaca yang tidak bersahabat dan waktu yang sudah memasuki malam.
“Kami sudah mencoba hingga malam sebelumnya agar ikan paus bisa bergerak ke arah laut dalam, tetapi karena kondisi cuaca dan gelap, paus hanya sedikit bergerak,” tuturnya.
Lanjutnya, pada hari ini, upaya kembali dilakukan baik dari kami, Dinas Perikanan, maupun BKSDA Kaltim.
Taufik menjelaskan ikan pau yang terdampar tersebut merupakan paus sperma dan diperkirakan memiliki panjang sekitar 15 meter dengan bobot mencapai 40 ton.
Ada beberapa kemungkinan penyebab paus terdampar. Salah satunya, paus bisa saja tersesat akibat masalah kesehatan atau dipengaruhi oleh gempa bumi yang terjadi sebelumnya.
“Berdasarkan pengalaman dengan pesut yang terdampar, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hal ini. Biasanya hewan tersebut sakit, ingin berproduksi, atau mungkin hanya bermain di sekitar lokasi dan akan kembali ke laut dalam setelah beberapa hari,” jelasnya.
Namun, diduga ikan paus tersebut dikarenakan tersesat akibat masalah kesehatan atau terganggu oleh gempa, yang bisa mempengaruhi sonar paus sehingga menyulitkannya kembali ke laut dalam.
“Gempa bisa mempengaruhi sonar mereka, membuat mereka kesulitan kembali ke laut yang lebih dalam,” ujar Taufik. (*)